
Kerinduan Perempuan Palestina di Indonesia: Gaza Tetap di Hati
Memeluk Kenangan di Tanah Rantau
kerinduan Perempuan Palestina yang tinggal di Indonesia, Ramadan menjadi momen penuh emosi. Jauh dari tanah kelahiran mereka, Gaza, mereka merindukan suasana khas yang hanya bisa dirasakan di tanah air. Gaza bukan sekadar tempat lahir—itu adalah identitas, rumah, dan bagian dari diri mereka yang tak tergantikan.
Saat azan Magrib berkumandang di Indonesia, banyak kerinduan Perempuan dari mereka teringat suara azan yang menggema di masjid-masjid Gaza. Aroma masakan khas Palestina yang biasa mengisi rumah mereka kini tergantikan oleh cita rasa lokal. Bagi mereka, Ramadan bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga tentang kebersamaan yang kini terasa jauh.
Gaza dalam Ingatan: Rumah yang Tak Terlupakan
Gaza, meskipun kerap diberitakan sebagai wilayah konflik, adalah rumah bagi mereka. Suara tawa anak-anak yang bermain di jalanan, suara pedagang yang menjajakan dagangan di pasar, serta kebersamaan keluarga saat berbuka puasa menjadi kenangan yang terus hidup di hati mereka.

Di Indonesia, perempuan Palestina mencoba mempertahankan budaya mereka dengan memasak hidangan khas seperti Maqluba dan Qatayef, serta berkumpul dengan sesama diaspora Palestina. Namun, tetap saja, tidak ada yang bisa menggantikan suasana Ramadan di tanah air.
Harapan untuk Gaza dan Masa Depan
Meski jauh, hati kerinduan Perempuan tetap terpaut pada Gaza. Mereka terus mengikuti perkembangan di sana, berdoa untuk keluarga yang masih bertahan di tengah kondisi sulit. Harapan mereka sederhana: kedamaian bagi Gaza dan kesempatan untuk kembali ke tanah yang mereka cintai.
Bagi perempuan Palestina di Indonesia, Ramadan adalah pengingat akan akar mereka, sekaligus semangat untuk terus mempertahankan identitas di tanah rantau. Gaza mungkin jauh, tetapi selalu dekat di hati.