Pendapatan penambang Bitcoin mengalami penurunan drastis hingga menyentuh titik terendah tahunan pada pertengahan 2025. Kondisi ini menjadi sorotan utama di kalangan pelaku industri kripto, karena berpotensi mengganggu keberlangsungan operasional para miner dan stabilitas jaringan blockchain itu sendiri.

Penurunan Harga dan Efek Halving pendapatan penambang Bitcoin

Salah satu penyebab utama penurunan pendapatan ini adalah harga Bitcoin yang belum mampu menembus kembali level psikologis USD 100.000 setelah sempat menyentuhnya pada kuartal pertama. Meskipun banyak analis memproyeksikan lonjakan harga pasca-halving, kenyataannya pasar kripto justru mengalami konsolidasi panjang.

Selain itu, efek halving—yakni pemotongan reward blok dari 6,25 menjadi 3,125 BTC—menjadi beban tersendiri bagi penambang yang belum melakukan pembaruan teknologi atau efisiensi operasional. Dengan reward lebih kecil, profitabilitas miner menjadi sangat bergantung pada harga pasar dan efisiensi energi.

Biaya Operasional Semakin Membengkak pendapatan penambang Bitcoin

Faktor lain yang memperparah situasi adalah lonjakan harga listrik dan perangkat keras mining. Di banyak negara, penambang harus menghadapi biaya energi yang meningkat seiring ketegangan geopolitik dan krisis pasokan energi global. Penambang kecil bahkan mulai menutup operasional karena tidak lagi mampu menutupi biaya tetap.

Ini menciptakan konsolidasi kekuatan hashing ke segelintir pihak saja, yang berisiko terhadap desentralisasi jaringan.

Langkah Mitigasi dan Harapan Ke Depan

Meski situasi tampak suram, sebagian penambang mencoba bertahan dengan memindahkan operasi ke negara dengan energi terbarukan murah, seperti Islandia atau Kanada. Beberapa juga mulai mengintegrasikan mining pool untuk membagi risiko dan pendapatan.

Kesimpulan

Pendapatan penambang Bitcoin yang turun ke titik terendah tahunan menjadi peringatan serius tentang tantangan di dunia kripto saat ini.

Previous post Bybit Buka Akses Global: Beli Kripto Kini Bisa Pakai Kartu Kredit di 25 Negara
Next post Tren Naik: 27% Warga Korea Selatan Usia 20–50 Tahun Sudah Berinvestasi Kripto