
Kesaksian Guru Korea Selatan Korban Deepfake Pornografi: ‘Saya Depresi, Harus Minum Lima Pil Sehari’
Teknologi deepfake telah menimbulkan ancaman serius di Korea Selatan, terutama bagi para guru yang menjadi korban manipulasi gambar pornografi tanpa persetujuan mereka. Salah satu korban, Lee Ga-eun, mengungkapkan dampak psikologis yang dialaminya akibat kejahatan ini.
Dampak Psikologis pada Korban Guru Korea Selatan
Lee Ga-eun, seorang guru dengan pengalaman lebih dari satu dekade, menceritakan bahwa ia sering menangis di rumah dan harus dihibur oleh putranya yang berusia delapan tahun. Kejadian ini membuatnya mengalami depresi berat, hingga harus mengonsumsi lima pil obat per hari untuk mengatasi kondisinya.
Modus Operandi Pelaku

Para pelaku biasanya mencuri foto-foto dari akun media sosial korban, seperti Instagram atau Facebook, lalu menggunakan teknologi AI untuk membuat gambar atau video pornografi palsu. Konten ini kemudian disebarluaskan melalui platform seperti Telegram, seringkali tanpa sepengetahuan atau persetujuan korban.
Skala Masalah di Korea Selatan
Fenomena deepfake pornografi telah menjadi masalah serius di Korea Selatan. Kasus ini meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2021, menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.
Tanggapan Pemerintah dan Masyarakat
Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam hal edukasi publik tentang bahaya teknologi deepfake dan pentingnya etika dalam penggunaan teknologi.
Upaya Perlindungan bagi Korban
Organisasi non-pemerintah dan kelompok advokasi di Korea Selatan bekerja untuk memberikan dukungan kepada korban, termasuk konseling psikologis dan bantuan hukum.
Kesimpulan
Kasus deepfake pornografi di Korea Selatan menyoroti dampak negatif teknologi jika disalahgunakan. Penting bagi pemerintah, masyarakat, dan individu untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan digital yang aman dan etis, serta memberikan dukungan yang diperlukan bagi para korban kejahatan siber.